Selasa, November 03, 2009

DM Akka

DM Akka thanks to :  

Allah SWT, sang  Mahasuci yang telah membuat semesta bertasbih  & bergerak. Segala puji bagi-Nya yang telah menjadikan kita semua  bertawaf, berputar pada poros masing2, bergerak tanpa kecuali... Want to say trims to Maesa, my lovely mother,  Bapak (Alm A. Karim Zaelani) tq, yang dalam jenak doaku  namamu begitu populer di hati, so keluarga besar seantero Depok, and “anakku” Chelsea Nurqaisra Ghalidza, every one is special in their own way. Sahabat2 dan orang2  terdekat yang saya sayangi...Hasiru, Rusmaniarincludes Kismis-Tria,  Zufri, Oktoreza, Dinda-Herry-Boy (Batam), Echy & Mom, Salamun, Dwihadmoko `N Bernadus, and semua sohib-qu yang ngga mungkin  disebut atu-atu, forever yours...selalu ada ruang hati untuk cinta.  Aswin Tabah, fellow musicians, Mbak Wien, H. Alik Ababiel & Family, thx untuk atmosfer kerja yang sangat positif dan membuat saya  selalu bersemangat untuk menjadi inspirasi bagi banyak orang. Terhampar asa, semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari setiap kalimat yang tergoreskan.

Barokallohu fikum.

Wien


Wien thanks to :




Dzat yg Maha Esa, Maha Kuasa & Maha Sempurna. Syukur kuhaturkan atas hadiah rizki serta kesempatan yg diberikan di Album ini & syukur, sebuah kesempatan yg mungkin sering terlewat dlm kehidupan meski ternyata mendatangkan efek yg lebih besar dari sekadar terima kasih.

My lovely Subandrio HS & My family, mazDiohn, bangAswin, `N bangHaji Alik & Istri. Special thanks to Ortu.

Berkat kalian, aku bisa belajar & mendengar suara

kejernihan dlm kekayaan cinta sejati.

Release

New Release




Musik adalah bahasa universal yang bisa diterima oleh siapa pun tanpa harus mengerti isi yang ada di dalamnya. Bahkan, sebuah musik tanpa lirik dapat dengan mudah diikuti dan disenandungkan oleh anak kecil sekalipun. Uniknya, karena sifatnya yang universal, musik dapat menjadi alat komunikasi, yang melintasi batas-batas negara dan bangsa.

Musik dan lagu juga merupakan ungkapan perasaan, keinginan, khayalan maupun sikap dari pengarang syair maupun nada dari sebuah lagu. Selain pengungkapan perasaan sang pengarang, tentunya lagu dan musik ini juga bertujuan untuk menghibur.

Untuk memenuhi keinginan para pendengar musik, khususnya musik dangdut – di dalamnya termasuk arus utama industri musik pop standar dengan cengkok vokal agak kemelayu-melayuan sebagai hasil logika berpikir industri yang berorientasi dagang
BLIMS MUSIC bekerjasama dengan SEVEN STARS INDONESIA mengeluarkan album debut kompilasi bertitel "MAGNUM KOMPILASI DANGDUT" berisi 12 lagu baru. Melibatkan 15 penyanyi dengan garapan aransemen baru oleh 4 arranger dan disupervisi oleh musisi kenamaan, H. Alik Ababiel.

Aliran musik dangdut sebagaimana diketahui berakar dari musik Melayu sekitar tahun 40-an. Dalam perjalanan menuju bentuk kontemporer, sekarang ini dangdut kemasukan pengaruh unsur-unsur musik India, terutama pada penggunaan tabla, dan pengaruh dari Arab ialah cengkok dan harmonisasinya. Pada dekade 1980-an musik dangdut - istilah itu diambilkan dari suara gendang yang menjadikan irama ini memiliki ciri khas karena mengundang orang untuk bergoyang – telah mampu merepresentasikan nilai-nilai universal yang ada di masyarakat. Sentuhan dan progresivitas (baca : pembauran) berbagai warna musik lain, macam soul, R&B, maupun jazz menjadi sebuah "tuntutan" tersendiri. Ridho Rhoma beserta Sonet 2 Band memang hadir pada saat tepat dan ia mampu memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Ia melakukan perombakan besar-besaran dalam hal instrumentasi, performa, dan sebagainya. Dan, orang industri disini memformat musik dengan cara melewati elemen penting dangdut, terutama pada stuktur musik termasuk melodi yang dibuat bergaya pop.

Sebutan Progressive'Dut pada tagline sampul kaset/CD berpotensi mengundang pro dan kontra. Tapi, sebenarnya ini menjadi satu indikator adanya dinamika kreativitas dalam industri musik dangdut yang menyandang gelar sebagai pemegang identitas bangsa. Sejumlah musisi disini menyuguhkan musik yang keluar dari koridor dangdut mainstream. Timbul kemudian semacam kebingungan pengistilahan disana-sini, meski tidak prinsipil. Maka tampaknya sah-sah saja jika lahir sebutan Jazzy'Dut Vocal pada nomor lagu Gambaran Asmara yang dilantunkan Yunita Ababiel. Wujud dengarannya kira-kira adalah musik dangdut yang diberi kesan seperti Jazz, Bossas, atau sebaliknya.Album ini pun merekam dinamika tersebut.

Tersebutlah "Sungguh Terlalu" dari H. Sonet yang mengeksplorasi instrumen musik elektronik demi penciptaan citasuara-citasuara baru dengan memasukkan unsur musik marawis di dalamnya. Sementara Yunita Ababiel yang kembali melagukan tembang Sisa Kenangan tetap tampil minimalis dan sedikit terasa berbeda dari biasanya, disini terdengar lebih lembut dan "menyayat". Bukan semata karena lagu ini bertema kematian, yang menyempal dari kelaziman tema lagu-lagunya yang kerap bicara seputar kisruh rumah tangga, patah hati, dan seterusnya. Meski demikian, cita suara khas penyanyi yang populer lewat tembang-tembang seperti Trauma, Pertengkaran, dan Terguncang yang dikawal sang suami sebagai music supervision serta Barock pada suling tetap masih ada. Penyegaran dan mencoba sesuatu yang beda, pada gilirannya melahirkan tantangan. Semisal penggarapan lagu-lagu bersuasana gembira (baca : nge-beat), walaupun terkesan lebih gampang ternyata butuh berbagai penyesuaian. Pengusungan Rap berlirik English dalam musik lagu Gamang oleh Dea Putri    Lalu ada "Gosip Lagi" yang dibawakan Dewi Rozela, sebuah lagu bertempo cepat dibuat dengan struktur simplistis khas disco yang diulang-ulang. Ia terdengar tidak lazim jika ditempatkan dalam konteks nuansa lagu yang digerakkan industri musik pada paruh 80-90'an, ada hits 'Mati Aku"-nya Rita Sugiarto, Cintaku Terbagi Dua (Yenny Eria ), Gantengnya Pacarku (Nini Carlina), dan sejenisnya.

Sebagai debut yang meleburkan idealisme dengan tuntutan pasar, hampir semua lirik lagu sengaja ditulis mengandung kalimat metafora, yang kemudian bisa saja ditafsirkan macam-macam. Tak terkecuali duet Isye Tarikicy (Salah satu finalis KDI 5) & Yayang Sorama yang membawakan tembang romantik Penantian Tanpa Arti. Merupakan pengakuan rasa bersalah dua sejoli dalam perjalanan cintanya.
Dengan nada dasar dan aransemen apik dipadu cabikan bass Jack Kaisar menjadi kekuatan aktualitas dalam vokal dan interpretasi penyanyi disini. Menyimak Penantian, gambaran optimistik itu terlihat begitu kental. Vokal Isye yang pada refrain suaranya menanjak ke oktaf yang tinggi mampu menggandeng dengan manis vokal Yayang yang masuk setelahnya. Tembang puitik pada lagu duet berikutnya adalah Takkan Ada Dusta dibawakan cukup pas oleh Adjie Ardian, penyanyi bersuara bariton dengan vibrasi lumayan serta Vina Zaheera sebagai featuring melengkapi kekuatan pada nada-nada tinggi dan subtil menggarap birama. Keduanya menjadi pewarna yang khas pada lagu melodik-romantik yang tercipta saat maraknya tren uplugged penuh "ratapan" gitar elektrik tersebut kini dibawakan dalam bentuk lebih dewasa, bahkan ada nuansa beat yang dibangun suara saxophone oleh H. Anto Soneta.

THE OLD STYLE, gaya lama tetapi dilantunkan dengan energi baru dan segar. Akan tetapi, mendapat porsi istimewa di tengah lanskap musik pop melayu era 1980-an yang didominasi lagu dari para penembang stereo type semacam Tommy J. Pisa, Poppy Mercury, hingga grup Iklim serta Search dari negeri Jiran Malaysia. Orientasi untuk bermain di wilayah tersebut termanifestasi pada lagu Sepenggal Cinta Putih dilagukan Tian Cherry, lengkap dengan scat singing-nya. Andhika Montong selaku penata musik pada lagu ber-setting Pelabuhan Dermaga dan sekitarnya ini mencoba memunculkan bentuk evolusi gaya "musik pantai", terpadu klop lewat tarikan vokal Tian yang diistilahkan sebagai bedroom voice – suara kamar yang membuai. Lalu ada lead vocal oleh Dian Aditya lewat nomor lagu "Bulan Merah" sebagai yang berstruktur pop melankolis, tetapi dieksplorasi dengan cara-cara dangdut melayu. Progresi, chord,dan karakter sound-nya diambil dari irama melayu,disenandungkan mantan personel Trio Macan ini dalam bentuk dan gaya lebih elegan, bahkan domain nuansa mellow beat yang dibangun suara gesekan biola terasa begitu sentimentil.

Rasa Said Effendi (penyanyi lagu melayu yang terkenal pada 1950-1960 lewat lagu-lagu fenomenal, antara lain Bahtera Laju, Timang-Timang, Seroja ) pada lagu bertajuk Nervous

oleh trio Jaka Satria (Normansyach, Ricky Stardut & A. Rizal) disuguhkan dalam lagu pop melayu bergenre remaja yang melodius, juga nge-beat. Lagu ini seolah ingin memberi alternatif dengaran dengan kedalaman rasa estetis, namun begitu sederhana sehingga mudah dicerna. Kombinasi penampil dirancang guna mengakomodir selera penikmat musik era 1960-an yang tersusun atas satuan delapan birama 3/4 (sebagian besar lagu dangdut ber- birama 4/4, red.), begitu juga suguhan musik oleh Ricky Sonet 2 yang dimainkan dengan kaidah dan sintaksis irama Melayu tekno. Improvisasi solo yang ekspresif dan individual seorang musikus arranger disederhanakan dan dibuat tidak rumit serta layak dimassalkan seperti musik pop masa kini. Akan halnya Poppy Monica yang kali ini mencoba unjuk kenal (show case) melalui lagu Dustamu, sebuah lagu bercorak pelan mendayu-dayu dengan predikat kesan "jadul".Justru disitulah uniknya lagu ini. Rasa lama yang disegarkan kembali oleh penyanyi sensual yang sukses pada tahun 2001 membawakan lagu "Bujangan"-nya Rhoma Irama dengan gaya retro. Disini, Poppy berhasil menyuguhkan dengan gaya vokal seorang crooner, biduan yang berusaha menikmati dan menghayati dari setiap tarikan nada, setiap makna kata. Bukan sekadar melempar nada dan memuntahkan lirik. Terakhir, pada lagu Gugur, kembali dilantunkan Vina Zaheera. Sebuah genre dangdut konvensional dengan atribut pengetengahan kekuatan pada not dan lirik yang enak didengar dan gampang ditirukan, easy listening.

Dipadu dengan kemampuan featuring vocal H.Alik Ababiel yang berjenis bariton, cukup "berat" tetapi dekat-dekat dengan wilayah sopran, juga sound musik program serta instrumen original yang enerjik berdentam, didukung hiasan seksi musik gesek (strings), sehingga aroma musik lagu ini terdengar makin khas dan nendang banget!

Demikianlah, sebagian manusia mendengarkan musik yang ia tidak banyak menyadarinya, seperti di pusat perbelanjaan atau hotel, karena itu hanya musik latar belakang. Dengan itu orang memang tidak merasa terganggu. Tetapi pada sisi lain, musik itu lalu juga tidak banyak memberi peluang bagi pendengarnya untuk jadi terkesan. Lalu bagaimana dengan musik yang dirasakan dengan mata, telinga, dan kadang-kadang dengan seluruh tubuh? Bisa saja lalu timbul rasa bahagia ketika mendengar melodi yang indah, atau sebaliknya sedih karena mendengar melodi sedih, yang membuat ingatan orang melayang ke masa lalu yang tidak bahagia.
Tetapi apapun yang dirasakan ketika mendengar musik, pastikan kita selalu memperkaya kehidupan pada saat apapun. Dan, yang lebih penting lagi, lewat Album MAGNUM KOMPILASI DANGDUT ini hakikatnya kita memproyeksikan sebuah pendekatan musik dangdut kepada khalayak lebih luas, pasar yang heterogen serta konsumen potensial, semisal kaum Yuppies, kalangan menengah atas yang menginginkan musik yang dianggap "berkelas".

Namun saatnya kini jangan paksakan dangdut untuk berkembang pada satu komunitas konvensional an sich, karena pada prinsipnya adalah dangdut mengalir, menyeruak ke atas, menembus tembok-tembok tinggi. Mari bersama tempatkan musik kebanggaan nasional ini pada komunitas lain yang apresiated, siapa dan dimana saja sehingga akan memiliki nilai lebih dan menjadi barokah bagi banyak orang. The right dangdut on the right place.


©dma



Jakarta, 08 November 2009.

Minggu, November 01, 2009

Aswin

Aswin thanks to :



Tuhan Robbul Izzati atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya Blims & Vissi Family, BM, Fellow Musicians, Family & Friends. Teristimewa bagi seluruh penggemar setia dan masyarakat dangdut Indonesia.